Inilah puncak dari konflik yang terjadi antara kaum Muslim di wilayah Timur dengan kaum non-Muslim di Eropa. Selama ini memang kondisi orang-orang kulit putih di Eropa memperlihatkan keterbelakangannya yang parah. kondisi ekonomi, sosial dan kebudayaan sangat jauh perbedaannya dengan orang-orang Islam di Timur. Pada saat itu kondisi Eropa sangat mengerikan untuk waktu yang lama. mendapat serangan selama berabad-abad dari suku-suku Jermanik, dari Hun, Avar, Magyar, Muslim, Viking dan yang lainnya, Eropa nyaris tenggelam bahkan sangat susah sekedar untuk bertahan . Hampir semua orang di Eropa adalah petani, hampir setiap petani melakukan pekerjaan melelahkan dari fajar hingga gelap hanya demi mendapatkan makanan yang cukup untuk mencegah mereka dari kelaparan, hal ini kembali diperparah dengan kewajaiban para petani untuk menyokong kaum kelas atas yang terdiri dari atas kaum aristokrat militer dan rahib. hal ini dikarenakan anak laki-laki kelas atas hampir tidak memiliki keahlian lain bahkan untuk sekedar mencari makan kecuali hanya mempelajarai dan menguasai cara berkelahi.
Perang Salib ini diibaratkan sebagai bom waktu yang akhirnya meledak dengan dahsyat. Perang Salib dilatarbelakangi oleh kebencian yang mendalam pada diri orang-orang kristen Eropa setelah menyaksikan kemajuan demi kemajuan yang dicapai oleh kamu muslimin di Timur. mulanya, kebencian itu disebabkan oleh direbutnya wilayah-wilayah romawi Byzantium diberbagai wilayah seperti Palestina, Syiria, Mesir, Afrika Utara, dan Andalusia oleh kaum Muslimin. Mereka merasa terpukul namun tidak tahu harus berbuat apa-apa. namun perlu dicatat meskipun kaum muslimin berhasil merebut wilayah dari kekuasaan romawi Byzantium, kaum muslimin tetap memberikan jaminan hidup yang layak bagi kaum kristen diwilayah yang mereka kuasai, misalnya ketika Palestina dan Syria dibawah kekuasaan bani Fatimiah dari Mesir (Islam), orang Kristen memperoleh banyak hak istimewa daripada orang Islam Sunni, akan tetapi segala hak istimewa dan toleransi ini tidak bisa mendamaikan orang Kristen, mereka menganggap bahwa kehadiran orang Islam di Yerussalem sebagai sesuatu hal yang sangat tidak disukai (K.Ali, 1995:295). Yerussalem sendiri merupakan kota suci bagi umat Islam dan bagi umat kristen.
Seiring melemahnya kekuatan bani Fatimiyah, tentu saja cengkeraman wilayah yang mereka miliki mulai berkurang, saat itu kendali atas Palestina direbut oleh Dinasti Seljuk dari Turki, saat itu Dinasti Turki masih tergolong sebagai Muallaf (baru memeluk Islam), orang Turki ini cenderung ke arah fanatisme. mereka tidak bersemangat dalam menjauhi minuman keras, bersikap rendah hati, dermawan, dan sejenisnya, tetapi mereka tidak tersaingi dalam soal mengungkapkan penghinaan sovinistik terhadap pengikut agama ain, terutama yang berasal dari negeri-negeri yang jauh dan primitif (Ansary, 2009:228), setelah berhasil memperluas wilayah Islam, tentara Saljuk menganggu orang-orang Eropa yang mau beribadah ke Yerussalem. gangguan tersebut bukan seperti tindakan pemukulan, penyiksaan ataupun pembunuhan , tidak seperti itu. melainkan mereka di perlakukan seolah-olah masyarakat kelas dua, seperti mereka mendapati diri mereka berada pada ujung antrian, mereka membutuhkan izin khusus untuk masuk ketempat suci mereka sendiri, setiap kecil harus bayar, penjaga toko mengabaikan mereka, pejabat memperlakukan mereka dengan kasar, dan segala macam bentuk gangguan lainnya. Ketika mereka kembali ke-Eropa, banyak hal yang mereka keluhkan, tapi mereka juga mempunyai cerita tentang kemewahan negeri Timur, cerita yang membangkitkan kemarahan sekaligus iri hati. Hal ini memicu Raja Bizantium dan Paulus II untuk merebut Yerussalem, yang kemudian dikenal dengan Perang Salib. dinamakan perang salib karena karena orang Kristen Eropa menggunakan tanda Salib didadanya sebagai simbol pemersatu dan untuk menunjukkan bahwa perang yang dijalankan adalah peperangan suci (perang agama), tujuannya adalah untuk membebaskan kota Yerussalem atau Baitul Maqdis dari kaum Muslmimin.
Faktor-Faktor Terjadinya Perang
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya Perang Salib, diantaranya Agama, Ekonomi, dan Sosial Politik, berikut penjelasan dari faktor-faktor diatas.
Faktor Agama
Yerussalem atau Baitul Maqdis yang disucikan oleh orang Kristen jatuh ketangan Islam yaitu Bani Fatimiyah dari Mesir kemudian beralih ke Dinasti Saljuk dari Turki. Hal ini menyebabkan pihak Kristen merasa tidak lagi bebas berziarah ke tempat suci mereka itu karena penguasa Bani Saljuk menetapkan sejumlah peraturan yang ditujukan kepada orang yang hendak menziarahi Baitul Maqdis. Para pemimpin Kristen Eropa kemudian mengkampayekan perlunya pembebasan Baitul Maqdis dari tangan dinasti Saljuk.
Meraka menanamkan keyakinan bahwa tidak ada yang bisa membebaskan diri mereka, kecuali amal saleh seperti berziarah ke Yerussalem. pahala yang besar akan diperoleh bagi mereka yang melakukan ziarah. terlebih lagi, pahala akan lebih besar lagi diperoleh apabila memrangi orang-orang muslim.
Faktor Ekonomi
Para pedagang besar di Pantai Timur Laut Tengah, terutama yang berada di Kota Venesia, Genoa dan Pisa, berambisi merebut sejumlah kota dagang di sepanjang pantai timur dan selatan laut tengah untuk memperluas jaringan dagang mereka. oleh karena itu, mereka rela menanggung sebagian dana untuk kepentingan perang dengan maksud apabila pihak sekutu memperoleh kemenangan , kawasan itu akan dijadikan pusat perdagangan mereka. disamping itu, perlombaan dan permusuhan di antara pembesar-pembesar dan tuan-tuan tanah di Eropa sering sekali terjadi. karenanya, sebagian dari mereka ingin menguasai tanah-tanah baru yang ada di timur.
ketentuan hukum waris yang berlaku di Eropa mengakibatkan banyaknya anak-anak yang hidup miskin dan terlantar lantaran di dalamnya ditetapkan bahwa yang berhak menerima harta warisan hanyalah anak tertua. akibatnya anak yang tidak mendapatkan warisan bersama-sama dengan anak miskin lainnya berangkat Timur, kedaerah yang terkenal dengan kesuburannya untuk mendapatlan kekayaa. Selain itu, masalah kelaparan karena perang yang tiada henti-hentinya juga telah memaksa penduduk Eropa untuk hijrah ke Timur (Buchori, 2009:200).
Faktor Sosial Politik
Peningkatan taraf sosial menjadi salah satu motif yang mendorong sebagai besar orang Eropa untuk berperang, para budak yang bekerja dikebun-kebun mendapatkan peluang untuk memperoleh kemerdekaan melalui perang ini. siapa yang ikut berperang, akan dimerdekakan. akibatnya, berduyun-duyunlah para budak mengangkat senjata ke Yerussalem mengikuti Perang Salib.
Selain itu dari segi politik, disebutkan bahwa perang salib terjadi karena kedengkian orang Kristen terhadap Islam, sebab umat Islam berhasil merebut wilayah strategis uang semula dikuasai oleh Kristen, selain itu umat kristen juga dimotivasi oleh Paus Urbanus II untuk menguasai Yerussalem dalam rangka menyatukan pusat utama dunia Kristen dan menginginkan Asia dan Afrika tunduk dibawah pemerintahan Kristen (Meriya, 1982:189). selain itu, kekalahan Byzantium dipertempuran Manzikert dan jatuhnya Anatolia dan Asia Kecil dibawah kekuasaan Bani Saljuk telah membuat orang Kristen merasa geram, Kaisar Alexius Commenus (Alexius I) meminta bantuan kepada Paus Urbanus II untuk memulihkan kekuasaannya untuk membantu Byzantium didasari oleh janji sang kaisar untuk tunduk kepada kekuasaan Paus di Roma sehingga dengan ini ia berharap akan dapat menyatukan Gerja Yunani dan Gereja Roma di bawah kekuasaannya. kedua gerja ini sejak tahun 1009-1054 M memang mengalami perpecahan (Buchori, 2009:201)
Jalannya Perang
Awal dari Perang Salib dipicu oleh pidato Paus Urbanus II di Claremont, bagian tenggara Prancis pada tahun 1095. ia menyampaikan pidato yang membakar semangat untuk menghasut negara dan Bangsa Eropa merebut kota suci di Palestina (Yerussalem) dari tangan muslimin. dalam pidatonya, Paus mengatakan kepada Majelis bangsawan Prancis, Jerman, dan Italia bahwa dunia Kristen berada dalam bahaya. ia menjelaskan secara detail penghinaan yang didertia peziarah Kriten di tanah suci dan menyerukan agar orang-prang beriman untuk membantu saudara-saudara mereka mengusir orang Turki dari Yerussalem. Paus Urbanus II menyarankan bahwa mereka yang menuju ke Timur harus menggunakan salib berbentuk kotak merah sebagai lambang mereka. Ekspedisi harus disebut croisade, dari asal kata croix, bahasa Prancis untuk salib, dan dari inilah berasalnya nama yang diberikan para Sejarawan untuk Crusades (Perang Salib) (Anshary, 2009:230). dengan berfokus pada Yerussalem, Paus mengaitkan invasi ke Timur dengan ziarah, sehingga membingkainya sebagai tindakan religius. oleh karena itu, dengan wewenang yang diserahkan kepada dirinya sebagai paus (pemimpin besar umat Kristen), ia memutuskan bahwa siapapun yang pergi ke Yerussalem untuk membunuh kaum muslim akan menerima pengampunan atas dosa-dosa mereka.
Adapun jalannya perang secara garis besar terbagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap Penaklukan Eropa terhadap Muslim, tahap kemenangan Muslim atas tentara Salib, kemudian yang terakhir tahap kehancuran tentara Salib.
Tahap Penaklukan Pasukan Salib Terhadap Muslim
Gelombang pertama pasukan Salib terdiri atas orang-orang Kristen Eropa yang menyambut spontan seruan Paus. mereka berjumlah 150.000 orang dan merupakan gerombolan rakyat jelata yang tidak berdisiplin dan tanpa persiapan di bawah pimpinan Pierre L'Ermite. Tidak heran, disepanjang jalan menuju Konstantinopel, mereka merampok, menjarah, membunuh dan membantai banyak penduduk yang tidka berdosa, bahkan bentrok dengan penduduk Hungaria dan Byzantium (Buchory, 2009:204). ketika tentara Salib pertama ini mulai berdatangan ke dunia Islam, penduduk setempat tidak tahu dengan siapa mereka berhadapan. Sejak awal, mereka menganggap para penyusup itu sebagai tentara bayaran Balkan yang bekerja untuk Konstantinopel. adapun penguasa muslim pertama yang bertemu dengan tentara salib ini adalah seorang pangeran Dinasti Saljuk, Kilij Arslan, yang memerintah dari Anatolia Timur dari Kota Nicea. Pada tahun 1096, Pangeran Arslan menerima informasi bahwa ada pasukan aneh yang telah memasuki wilayahnya, memang sebagaian terlihat sebagai tentara, tapi yang lainnya seperi semacam peserta perkemahan. hampir semuanya mengenakan salib, setelah ditelusuri didapatkan bahwa pasukan tersebut menamakan diri mereka sebagai kaum Frank, penduduk Turki dan Arab setempat menyebutnya sebagai Al-Franj (orang Franj), kedatangan mereka bertujuan untuk membunuh kaum muslimin dan menaklukkan Yerussalem, tapi pertama-tama mereka bermaksud untuk merebut Nicea. Pangeran Arslanpun melacak rute yang kaum Frank lewati, menyiapkan penyergapan dan menghancurkan mereka seperti semut, membunuh kebanyakan dari mereka, menangkap, dan mengejar sisanya sampai ke Biyzantium (Ansary, 2009:231). begitu mudahnya sehingga ia tidak memberinya tanggapan secara serius.
Namun ekspedisi militer yang sebenarnya dari tentara Salib adalah yang dipimpin oleh Godfrey of Buillon, yang setelah dua tahun perjalanan mereka akhirnya berhasil menduduki kota Yerussalem pada tanggal 7 Juni 1099. Perjalanan ke Yerussalem dimulai dari Konstantinopel dengan menaklukkan kota-kota yang dilaluinya dan mendirikan kerajaan Kriten di sana. Kota pertama yang jatuh ketangan mereka adalah Edessa, kemudian Tarsus, Antioka, dan Allepo, semuanya terjadi pada tahun 1098 M. Tripoli, Syiria dan Acre akhirnya juga dikuasai pada tahun 1099 M. Penaklukan kota Yerussalem oleh tentara salib itu sendiri dilancarkan dengan cara yang sangat sadis dan kejam dibandingkan dengan moral pasukan Islam ketika menaklukan kota yang sama. ketika sampai dikota suci itu, diberitakan, kuda orang Kristen terendam sampai sebatas lututnya, tumpukan kepala, kaki dan tangan manusia berserakan di sepanjang jalan dan alun-alaun kota suci. Edward Gibbson dalam Ansyari (2009:236), seorang sejarawan Inggris yang mencatat kejatuhan kekaisaran Romawi, mengatakan tentara Salib membunuh 70 ribu orang disini selama 2 hari. Di kota-kota muslim yang lain, hampir tidak ada yang selamat. bukan hanya penindasan serta pembunuhan terhadap umat Muslim, kaum Yahudi dan Kristen yang bukan penganut gereja roma merasakan hal yang sama. kaum Yahudi yang selama ini hidup berdampingan secara damai dengan umat Muslim mengungsi ke sinagoga utama mereka yang besar, tetapi ketika mereka berada disana berdo'a untuk keselamatan, tentara salib memblokade semua pintu dan jendela lalu membakar bangunan itu, menghanguskan hampir seluruh komunitas Yahudi Yarussalem. penduduk yang asli Kristenpun tidak bernasib baik, terlahir bukan sebagai pengikut Gereja Roma melainkan gereja Timur seperti Yunani, Armenia, Kopetik atau Nestorian. pasukan salib Frank memandang mereka sebagai orang bid'ah, yang lebih buruk daripada kafir, oleh karena itu mereka menyita harta milik mereka serta mengirim mereka kepengasingan.
akibat peperangan ini, maka berdirilah empat kerajaan Kristen di Syam dan Palestina, diantaranya:
- Kerajaan Baitul Maqdis, yang diperintah oleh raja Godfrey of Buillon
- Kerajaan Edessa oleh Boldwin
- Kerajaan Antioka oleh Bohemond
- Kerajaan Tripoli oleh Raymond
Tahap Kemenangan Umat Muslim Atas Tentara Salib
Jatuhnya wilayah Islam ke dalam cengekeraman pasukan salib, menimbulkan reaksi perlawanan dari umat Muslim, namun pada awalnya perlawanan tersebut masih sangat lemah karena umat Muslim sendiri masih terpecah-pecah dan belum bersatu dibawah bendera Islam, mereka masih berjuang secara kelompok tersendiri, namun pada akhirnya umat Islam menghimpun kekuatan guna merebut kembali wilayah-wilayah yang telah diduduki oleh musuh. Dalam perjuangan merebut kembali kota Yerussalem, muncullah seorang tokoh bernama Imaduddin Zanki dari Dinasti Zankiyah. versi lain, menyebutkan bahwa penulisan nama Zanki ditulis dengan Zangi dan berasal dari Turki, yang memerintah Mosul, lalu mengambil Aleppo, dan kemudian menyergap banyak kota lain ke dalam wilayahnya sampai dia bisa menyebut dirinya sebagar Raja Suriah bersatu. perjuangan ini menandai dimulainya perlawanan umat Islam dalam usaha merebut kembali Yerussalem, peristiwa tersebut terjadi pada tahun 1144 M. sayangnya, dua tahun kemudian Imaduddin Zanki meninggal dunia, dan tapuk perjuangan diberikan kepada anaknya Nuruddin Zanki. ia lalu memindahkan pusat pemerintahan keamiran Abatek yang dipimpinny ake Allepo. Nuruddin menyerukan kembali kepad aumat Islam untuk bersatu memegang teguh agama Islam dan menjadikan Jihad sebagai tujuan utama dalam kehidupan. Dia menghidupkan kembali citra tentang orang adildan saleh yang berjuang bukan untuk ego, bukan untuk kekayaan, atau kekuasaan, melainkan untuk umat. pada awal pemerintahan Nuruddin, ekspedisi militer tentara salib dibawah pimpinan Raja Louis VII dari Prancis dan Raja Conrad III dari Jerman diberangkatkan. pada tahun 1147 M, terjadi pertempuran antara tentara salib dengan tentara Islam dibawah pimpinan Nuruddin Zanki di Damaskus, dengan kemenangan di tangan Muslimin sekaligus telah menyelamatkan Damaskus dari cengkeraman lawan.
Pada tahap ini juga, muncul pahlawan Islam yang sangat terkenal yaitu Salahuddin al-Ayyubi, dari Dinasti Ayyubiah, yang berhasil merebut kembali Yerussalem dari tangan tentara salib. Pada tahun 1187, Salahuddin atau yang dikenal dengan Saladin mengirimkan surat kepada tentara salib supaya meninggalkan Kota Yerussalem secara damai, sebagai gantinya orang kristen yang meninggalkan Yerussalem dapat membawa harta benda milik mereka dan pergi, sedangkan orang kriten yang ingin tetap disana boleh-boleh saja dan dapat mengamalkan agama mereka tanpa gangguan, tempat ibadah orang kristen akan dilindungi, dan peziarah akan dipersilahkan keluar-masuk Yerussalem tanpa adanya gangguan. meskipun begitu tentara salib
menolak perintah tersebut sehingga Saladin mengepung kota itu, megambilnya dengan paksa, kemudian menanganinya seperti cara yang dilakukan oleh Khalifah Umar "tidak ada pembantaian, tidak ada penjarahan, dan membebaskan semua tahanan selama membayar uang tebusan.
Meskipun dilakukan dengan cara halus, tetap saja keberhasilan Saladin dalam merebut kembali Yerussalem menyebabkan para raja di Eropa merasa tidak senang, ketiga raja tersebut yaitu Frederrick Barbarossa dari Jerman, yang jatuh dari kudanya dan mati tenggelam dalam perjalanan ke tanah suci, Raja Prancis Phillip II, yang berhasil sampai ketanah suci, menaklukkan pelabuhan Acre, kemudian pulang ke Eropa karena kelelahan, dan yang paling terkenal adalah Raja Inggris Richard I, yang dikenal dengan sebutan Lion Heart (Hati Singa). keberangkatan ekspedisi ini tidak dilakukan secara bersamaan, melainkan terpisah-pisah. pada pertempuran pertama antara Saladin dan Richard, kemenangan berada di tangan tentara salib, namun pada bulan Juni 1192 tatkala Richard ingin mengepung Yerussalem, Raja Richard terkena penyakit yang telah mengurangi kekutaannya dan udara yang panas membuatnya sesak nafas. disinilah letak dari kepribadian Saladin yang sangat dikagumi oleh kawan maupun lawan hingga saat ini, disaat musuhnya Richard menderita penyakit Saladin secara seimpatik mengirimnya buah segar dan salju yang dingin lalu menunggu Richard untuk menyadari bahwa dia tidak memiliki cukup orang untuk merebut kembali Yerussalem. pada tanggal 2 November 1192 akhirnya Richad setuju untuk berdamai dengan Saladin dengan syarat sebagai berikut :
- Kaum Muslimin akan tetap memiliki Yerussalem, tetapi melindungi tempat-tempat ibadah orang Kristen, membiarkan orang Kristen hidup di kota dan menjalankan iman mereka tanpa gangguan, dan membiarkan peziarah Kristen datang dan pergi sesuka mereka.
- Daerah Pantai menjadi milik orang-orang Kristen.
Tidak lama setelah Saladin menyelesaikan suatu pekerjaan besar, yakni mengembalikan Yerussalem ketangan kaum Muslimin, ia meninggal dunia.
Tahap Kehancuran Tentara Salib
Faktor yang sangat berpengaruh dalam proses kehancuran dari tentara salib terutama disebabkan karena terjadinya perselisihan internal antarsesama mereka yang pada umumnya disebabkan oleh perebutan kekuasaan di beerbagai daerah yang mereka duduki. Antara satu kerajaan dan kerajaan lainnya tidak terwujud kerjasama yang baik, krisis kepemimpinan terjadi di daerah-daerah kekuasaan tentara salib. sementara dipihak lain, umat Islam berhasil mengurangi pertikaian internal mereka, lalu menjalin persatuan dan kerjasama dalam menghadapi tentara salib.
Dampak Perang Salib
Meskipun perang salib telah memakan banyak korban, materi serta kerugian lainnya, ternyata bagi orang Kristen Eropa dengan adanya perang salib telah membawa hikmah tersendiri serta pelajaran yang sangat berharga bagi mereka. pasalnya, perang yang berlangsung hampir dua abad ini telah menjadi jembatan antara budaya Timur dan Barat. perlu diingat pada saat itu Timur-Islam sudah maju pesat dibidang kebudayaan dan peradaban, sementara Barat-kristen masih berada dalam zaman kegelapan (dark age) alias primitif.
Melalui perang salib, Kristen Eropa memperoleh banyak pelajaran yang sangat berharga. Bahkan, dapat dikatakan bahwa seandainya tidak karena perang salib, Renaisans Barat mungkin masih akan tertunda beberapa abad. Carole Hilerbrand dalam Buchori (2009:209), menyatakan bahwa kaum Muslimin merasa sedikit yang bisa dipelajari dari pihak Eropa, baik dibidang Agama, sosial dan budaya. sebaiknya, kaum Frank dapat belajar banyak hal dari gaya hidup kaum Muslimin yang telah tinggal di Timur dekat selama berabad-abad dan benar-benar telah menyesuaikan diri dengan iklim dan wilayah tersebut. sedangkan lebih lanjt menurut Al-Wakil (1998:227), dampak lain dari perang salib adalah keberhasilan Islam memantapkan penguasaan terhadap wilayah yang dikuasai kristen walaupun itu adalah wilayah yang sama. Selain itu perang salib berdampak juga bagi perkembangan moral kaum Muslimin karena meniru moral bejat Eropaseperti ucapan Gustor Lebor dalam buku Wajah Dunia Islam yaitu tidak ada hal positif dalam diri bangsa brutal tersebut yang bisa ditiru oleh dunia Timur. Bangsa Timur tidak mendapatkan apa-apa dari mereka.
Dampak Terhadap Pasukan Salib
- Perang Salib telah melemahkan keuasaan bangsawan di Eropa dan telah menggoyahkan raja-raja dan mendorong mereka untuk bersatu
- Perang Salib telah memperlambat proses jatuhnya Kota Konstantinopel ke tangan Islam
- Perang Salib telah membukakan kesempatan bagi bangsa barat untuk maju dalam bidang perdagangan, ekonomi dan kemajuan kebudayaan
- Yang paling utama faedah perang salib bagi bangsa Eropa adalah mereka dapat meguasai ilmu-ilmu dalam bahasa latin dan Yunani yang telah diterjemahkan dalam bahasa Arab, buku itu diterjemahkan dalam bahasa barat, hingga pada abad ke 12 M mereka mendirikan kursus bahasa di Paris untuk memahami buku ilmiah bahasa asing.
- Perang salib telah membuka mata bangsa Eropa untuk mengenal daerah Timur secara lebih dekat (Meriya, 198:205)
Dampak Terhadap Umat Islam
- Kaum Muslimin harus mengeluarkan dana yang cukup besar untuk membiayai perang yang tidak berhenti selama dua abd dan menyebabkan krisis ekonomi dan kemiskinan dikalangan kaum muslimin
- Banyak bagunan-bangunan berharga (bagunan budaya) yang hancur dan memerlukan biaya untuk merenovasi kembali
- Banyak buku-buku, barang-barang peninggalan Islam diambil dan dihancurkan oleh tentara salib dan ini menimbulkan menurunnya tradisi keilmuan dan berkarya bagi kalangan intelektual dan ulama
- Kerusakan struktur masyarakat akibat setiap keluarga kehilangan anggota keluarga sehingga terjadi perpecahan dan kehidupan permisinisme dimana tidak ada lagi ikatan yang kuat dimasyarakat
- dekadensi moral karena perang memakan habis laki-laki sehingga terjadi pergaulan bebas dari laki-laki terhadap wanita yang banyak
- Perang salib juga banyak mempegaruhi pola pikir masyarakat muslim selama pergaulan meraka pada masa gencatan senjata damai sehingga mempengaruhi perilaku dalam kehidupan masyarakat dan pemimpin dimasa selanjutnya (Al-Wakil, 1998:228-229)