CERITA SI TE ANEH

        Tersebutlah disuatu desa kecil yang tentram dan damai, hiduplah sepasang suami istri dalam keadaan yang sangat sederhana meskipun hidup dalam keadaan pas-pasan kedua suami istri tersebut tetap bahagia, apalagi mereka telah dikaruniai seorang bayi mungil yang melengkapi kebahagiaan keduanya. Namun yang namanya hidup berumah tangga tentu saja seringkali terjadi perselisihan-perselisihan diantara keduanya, apalagi si suami sebut saja namanya Te Aneh memiliki sifat malas, keras kepala dan bodoh  yang sering menyebabkan si Istri merasa jengkel, untunglah si istri tetap sabar dalam menghadapi sifat dari si Te Aneh. Pernah pada suatu pagi sehabis bangun tidur, si Te Aneh merasa sangat lapar, bukannya pergi mencuci muka terlebih dahulu si Te Aneh justru pergi ke dapur untuk membuka tudung nasi di atas meja, namun alangkah terkejutnya si Te Aneh ketika membuka tudung nasi tersebut ternyata isinya kosong, dia merasa sangat kesal karena tidak mendapatkan makanan apapun untuk dimakan. Samana oi samana!!!! teriak si Te Aneh memanggil istrinya, tidak mendapatkan jawaban Te Aneh kembali memanggil istrinya berulang-ulang sebanyak 3 kali namun tetap saja tidak mendapatkan jawaban, si Te Aneh semakin merasa kesal. Dasar istri malas, pagi-pagi kok belum masak!! gumam si Te Aneh dalam hati. Untuk mengobati rasa kesalnya si Te Aneh pergi ke teras luar rumahnya dan duduk-duduk disana, lama-kelamaan si Te Aneh kembali tertidur karena angin sepoi-sepoi membuat matanya kembali terasa berat, belum lama tertidur, si Te Aneh merasa badannya diguncang-guncang oleh seseorang, si Te Aneh pun terbangun dan mendapati sesosok perempuan berdiri di hadapannya sambil menggendong seorang bayi dan tangannya memegang sesuatu. Ternyata perempuan tersebut adalah Samana istri si Te Aneh, tanpa kompromi si Te Aneh langung bertanya kepada Samana,
Te Aneh:"Oi samana kamu dari mana saja? pagi-pagi bukannya menyiapkan makanan untuk suami kok malah keluyuran gak jelas kemana-mana! bentak  Te Aneh sambil membetulkan posisi sarung buluknya yang dipenuhi tambalan-tambalan kain.

Dibentak dengan nada seperti itu sontak Samana merasa kesal kepada Te Aneh, namun dia tidak meladeni sifat keras kepala dari Te Aneh, dengan lembut saman menjawab 

Samana: "Abang kerjaannya hanya bisa marah-marah aja, adek tadi pergi kekebun mau ambil singkong untuk dimakan tapi singkong dikebun kita sudah habis dimakan oleh babi karena abang jarang pergi ke kebun, jadi kebun tidak ada yang menjaga, nih yang ada cuma pisang itu juga belum terlalu matang. jawab Samana sambil menyerahkan pisang tersebut kepada Te Aneh,

Mendengar jawaban tersebut sebenarnya Te Aneh merasa malu dengan istrinya namun karena sifatnya yang keras kepala dia kembali menyerahkan pisang itu kepada istrinya,

Te Aneh : "Pisang mentah begini  mana bisa dimakan Samana!, cepat goreng dulu nih pisang.

Samana pun mengambil pisang daritangan suaminya, sejurus kemudian diapun pergi ke dapur untuk membuat pesanan dari suaminya. namun didapur dia tidak mendapati minyak goreng,

Samana: "Bang, tlong beliin minyak goreng di warung sebentar, minyak gorengnya sudah habis"

Te Aneh: sudah tidak usah digoreng, dibakar saja jawab Te Aneh ketus

Samana : Ya sudah, kalau begitu abang tlong beliin korek api di warung, korek api yang kemaren juga sudah habis" sahut Samana kembali

Te Aneh: "Saya ini sudah lapar Samana, jadi tidak ada tenaga mau beli korek api ke warung, lagi pula letak warungnya pun jauh ditengah desa sana, bisa-bisa saya mati kelaparan di jalan.

Samana: Aduh Bang, bagimana saya mau bakar nih pisang kalau korek apinya tidak ada!! tolong beliin dulu bang korek apinya baru saya bisa buat api untuk bakar pisang.

Te Aneh: Saya tidak akan pergi ke warung kalau pisangnya belum dibakar, saya kan sudah bilang dari tadi saya lapar.             

Merasa kesal, akhirnya Samana memutuskan untuk meminta korek api kepada tetangga, namun nanti apa kata warga desa kalau setiap hari meminta bantuan dari tetangga, tidak habis akal akhirnya Samana mendapatkan ide agar sang suami mau pergi ke warung.

Samana : Ya sudah kalau begitu abang tunggu saja diluar, bentar lagi pisangnya matang!!!

Te Aneh : Nah coba dari tadi pisang itu dibakar kan sekarang saya sudah pasti pergi ke warung.

Samana hanya menghela nafas panjang mendengar jawaban dari suaminya tersebut, dia tak habis pikir mengapa dia bisa memiliki suami malas, keras kepala dan bodoh seperti si Te Aneh, tanpa pikir panjang lagi Samana pergi ke tungku perapian memasak, disana dia mendapati abu dan arang sisa-sisa dari kayu bakar untuk masak kemaren sore. Dengan cepat Samana meletakkan pisang tersebut ke dalam tungku yang dipenuhi abu dan arang, dibolak-baliknya pisang tadi sampai seluruh permukaan pisang terlihat hitam tertutupi oleh abu dan arang seolah-olah pisang tersebut sudah di bakar. Setelah permukaan kulit pisang sudah terlihat hitam, dengan segera Saman menaruh pisang tadi kedalam plastik hitam dan menyerahkan pisang tersebut kepada suaminya.

Samana: Nih bang pisangnya, Nah sekarang tugas abang pergi ke warung untuk beli korek api

Te Aneh: Nah kalau begini kan enak, sambil berjalan saya bisa menikmati pisang bakar. Jadi saya tidak kelaparan di jalan.

Setelah menerima plastik hitam berisikan pisang dari Samana tanpa menunggu aba-aba lebih lanjut si Te Aneh langsung pergi ke warung, Samana hanya bisa tersenyum melihat tingkah dari sang suami yang begitu bodohnya. Singkat cerita ditengah jalan Si Teh Aneh kemabli merasa lapar, dia segera mengambil pisang yang ada dalam kantong plastik pemberian dari istrinya, Ahh lapar-lapar begini makan pisang bakar rasanya pasti sangat nikmat, namun ketika dia membuka kulit pisang yang terlihat hitam akibat abu dan arang tersebut, Te Aneh merasa sangat kecewa karena pisang bakar hitam seolah-seolah hangus yang diberikan istrinya tadi ternyata masih bergetah, "Alamak, dasar Samana tidak bisa apa-apa, bakar pisang begini saja tidak bisa, masa kulit luarnya mutung tapi isinya masih mentah (gimana mau matang kalau apinya saja tidak ada)", karena merasa pisang tadi tidak bisa dimakan maka dengan berat hati Te Aneh membuang pisang tersebut, meski kecewa ditambah pula sudah terlanjur berjalan lumayan jauh dan dari kejauhan warungpun sudah terlihat maka sambil memendam amarah kepada Samana Teh Aneh tetap melanjutkan perjalannya ke warung untuk membelikan korek api..bersambung....!!!!

0 Response to "CERITA SI TE ANEH"