Mengapa Revolusi Industri Terjadi di Negara Eropa?

Kita seringkali mendengar tentang sejarah Revolusi Industri yang terjadi di Eropa pada abad ke-18 dimana peristiwa ini selalu dikaitkan dengan mesin uap dan berbagai penemuan penting lainnya, salah satunya penemuan lokomotif oleh George Stephenson, penemuan lokomotif yang memanfaatkan tenaga mesin uap ini dilatarbelakangi oleh persaingan bisnis antara para pemilik tambang swasta di Inggris, di pertambangan milik swasta tersebut mesin uap pada awalnya hanya dijadikan alat untuk menjaga terowongan vertikal tambang-tambang mereka dari bebas air, selain masalah banjir tersebut para pemilik tambang memiliki masalah lain yang harus segera diselesaikan yaitu masalah pengangkutan hasil tambang, mereka berlomba untuk mengangkut hasil tambang secepat mungkin dari tambang ke sungai atau pelabuhan, sehingga mereka bisa mendahului pesaing mereka ke pasar. Secara tradisional, mereka mengangkut hasil tambang dengan kereta kuda yang meluncur sepanjang trek kayu sejajar yang disebut dengan trem. Suatu hari, George Stephenson, seorang manajer buta huruf dipertambangan Inggris, menyadari bahwa pompa uap yang selama ini hanya difungsikan sebagai alat pemompa air ternyata bisa dipasangkan ke gerobak dan digunakan untuk memutar roda, dengan roda gigi yang sesuai maka lahirlah lokomotif. Selain penemuan lokomotif, revolusi industri juga ditandai dengan keberhasilan James Watt menyempurnakan mesin uap pada abad ke-18, hal inilah memicu para penemu Eropa yang pintar menemukan cara memekanisasi alat tenun tekstil sehingga muncullah industri tekstil. Siapapun yang memiliki mesin tenun sekarang bisa mengungguli produk pembuat kain pesaing dan membangkrutkan bisnis mereka, meskipun memiliki dampak positif bagi kemajuan industri yang berarti keuntungan besar  yang akan diterima oleh pemilik modal, ternyata penemuan-penemuan ini tidak begitu menguntungkan bagi kehidupan masyarakat kecil, karena penemuan-penemuan inilah menyebabkan banyak masyarakat Inggris pedesaan kehilangan pekerjaan, mengapa demikian? sangat mudah ditebak, mengingat sebelum terjadinya revolusi industri aktifitas pekerjaan selalu memanfaatkan tenaga hewan dan manusia secara konvensional, namun setelah terjadinya revolusi industri, lapangan pekerjaan pada saat itu lebih memilih untuk menggunakan tenaga mesin berbasis manufaktur dari pada menggunakan tenaga hewan atau manusia. Perekonomian yang pada awalnya berbasis pertanian konvensional menjelma menjadi perekonomian berbasis manufaktur, merasa susah mendapatkan pekerjaan di pedesaan maka penduduk dari desa memilih untuk pindah ke kota, perpindahan penduduk dari desa ke kota secara besar-besaran ini menyebabkan membludaknya populasi penduduk di kota-kota besar Inggris, dikarenakan banyaknya populasi tanpa diimbangi dengan lapangan pekerjaan yang memadai mengakibatkan meningkatnya angka kriminalitas dalam kehidupan penduduk perkotaan.
Itulah sedikit gambaran mengenai Revolusi Industri yang terjadi di Eropa pada abad ke-18, dari illustrasi di atas kita bisa menyimpulkan bahwa revolusi industri di Eropa disebabkan penemuan hebat manusia yang terdiri dari  dua suku kata, yaitu "Mesin Uap", tak terbayang sebelumnya mesin uap ini mampu merubah segala aspek dalam kehidupan manusia, terutama dalam bidang ekonomi. Kembali jika kita mengingat tentang kehebatan mesin uap ini selalu terbesit dalam benak kita kekaguman terhadap bangsa Eropa yang mampu menciptakan alat multi-fungsi yang sangat canggih dizamannya. Namun tanpa mengecilkan peranan bangsa Eropa yang memperkenalkan tentang kehebatan mesin uap tersebut,banyak dari kita yang belum dan bahkan sama sekali tidak mengetahui bahwa ternyata penemuan mesin uap telah ditemukan di dunia muslim lebih dari tiga abad sebelum kemuculannya dibarat (jika dibarat abad ke-18 maka didunia muslim mesin uap ditemukan pada abad ke-15), dan ternyata didunia muslim mesin itu sama sekali tidak mengubah apa-apa. Mengapa demikian? timbul pertanyaan besar di otak kita mengenai jawaban dari pertanyaan tersebut, ternyata mesin uap yang ditemukan disana digunakan untuk menggerakkan batang pemanggang sate agar seekor domba dapat dipanggang merata secara efisien pada acara jamuan pesta orang-orang kaya (Penjelasan dalam buku yang ditulis pada 1511 oleh insinyur Turki Taqi al-Din). Namun, selain itu tidak ada aplikasi lain bagi alat tersebut oleh siapa pun, sehingga terlupakan. Hal yang hampir sama juga dialami oleh bangsa Cina kuno, Cina kuno memiliki semua tekhnologi yang mereka butuhkan pada abad ke-10 untuk memekanisme produksi dan menghasilkan barang secara massal, tetapi mereka tidak menggunakannya dengan cara itu. salah satu tekhnologi pentingya adalah menggunakan mesin-mesin bergigi untuk membuat mainan, mereka menggunakan turbin yang didorong oleh air untuk menggerakkan jam besar. Jika mereka menggunakan tekhnologi ini untuk membangun mesin penghemat tenaga kerja sebagaiman yang melahirkan pabrik dan industri-industri di Eropa pada abad ke-18, Revolusi Industri hampir pasti akan dimulai di Cina.
Namun mengapa hal ini (Revolusi Industri) tidak terjadi di kedua wilayah yaitu dunia Muslim dan Cina Kuno yang notabennya lebih dahulu mengetahui tekhnologi dibandingkan dunia barat? dan mengapa justru Revolusi Industri terjadi di Eropa (dunia barat) yang ketinggalan dari dunia Muslim dan Cina Kuno dalam hal tekhnologi justru mampu menciptakan Revolusi Industri yang fenomenal? Jawabannya tidak terlalu terkait dengan penemuan itu sendiri, melainkan terletak pada konteks sosial tempat penemuan tersebut lahir. dibawah ini akan dipaparkan tentang penjelasan dari pertanyaan di atas.
Dalam dunia muslim sendiri, para penemu muslim tidak berpikir untuk menggunakan tenaga mesin uap untuk membuat alat yang akan memproduksi secara besar-besaran barang-barang konsumen, karena mereka sendiri tinggal dalam sebuah masyarakat yang sudah penuh dengan barang konsumsi, dibuat dengan tangan oleh jutaan pengrajin dan didistribusikan oleh jaringan pedagang yang efisien. Selain itu, para penemu itu bekerja untuk orang-orang kelas elite yang memiliki semua barang yang bisa mereka konsumsi dan tidak menuntut mereka untuk menghasilkan produk-produk apa pun untuk sekedar mempertahankan hidup, apa lagi memproduksi secara besar-besaran. Sedangkan untuk bangsa Cina Kuno, yang dikenal dengan birokrasi terpusat kepada kekaisaran yang mengelola seluruh masyrakatnya (SDM) secara efisien. Selain pencatatan dan pertahanan, fungsi utama birokrasi ini adalah mengorganisasi pekerjaan umum mengingat tingginya populasi SDM-nya. Kegeniusan buaday politik Cina adalah kemampuannya untuk memobilisasi masa dan menyerap kelebihan tenaga kerja dengan proyek-proyek pembangunan besar yang berguna untuk publik. Seperti, pembangunan Tembok Besar Cina, kemudian menggali Kanal Besar, yang menghubungkan dua aliran sungai utama negeri itu. Memang Cina memiliki tekhnologi untuk menghemat tenaga kerja manusia, namun dengan alasan apa kaisar Cina harus repot-repot untuk menghemat tenaga dan SDM-nya mengingat hal tersebut dimilikinya dengan jumlah yang sangat banyak? Cina kelebihan penduduk dan tenaga kerjanya murah. Jika harus dipaksakan untuk menggunakan tekhnologi tersebut agar melakukan penghematan tenaga kerja manusia, tentu angka pengangguran akan tumbuh subur , jika banyak buruh dibiarkan menganggur, siapa pula yang akan bekerja menangani urusan gangguan sosial yang ditimbulkannya seperti pengangguran, kemiskinan dan kriminalitas? tentu saja jawabannya adalah golongan birokrat dalam hal ini Kaisar. Inilah yang menyebabkan Cina tidak memiliki motif untuk melakukan penghematan tenaga kerja manusia menggunakan tekhnologi mesinnya.
Hal ini tentu berbeda dengan situasi yang dihadapi oleh Eropa, di Eropa orang-orang yang mampu membuat mesin industri tidak punya tanggung jawab terhadap mereka yang kehidupannya akan dihancurkan secara tiba-tiba akibat barang-barang buatan mesin murah (masyarakat kecil). Lagi pula, orang-orang yang kehidupannya akan segera hancur bukanlah dari kerabat atau sesama suku mereka, hanya orang-orang asing yang belum pernah mereka temui dan tidak akan pernah mereka ketahui namanya. Terlebih lagi, tugas orang lainlah untuk berurusan dengan gangguan sosial seperti pengangguran dan kemiskinan bukanlah urusan mereka, pemikiran individu yang sangat kejam memang. namun itulah kenyatannya kehidupan masyarakat telah terkotak-kotak antara kelas kapital (pemilik modal) dengan masyarakat kecil.
Revolusi Industri hanya dapat terjadi apabila ada prasyarat sosial tertentu, dan pada waktu itu dunia muslim dan Cina Kuno tidak memiliki persyaratan tersebut, sedangkan di Eropa prasyarat itu kebetulan ada. Revolusi Industri juga memiliki konsekuensi sosial yang tak terelakkan, mengalihkan produksi ke mesin-mesin memang mengubah masyarakat, kehidupan sehari-hari dan orang Eropa itu sendiri. adapun perubahan tersebut adalah:

  • Daerah-daerah pedesaan ditinggalkan, penduduknya pindah ke kota-kota besar
  • Hewan-hewan menghilang dari kehidupan sehari-hari bagi kebanyakan orang
  • Waktu menurut jam dan kalender menggantikan penanda waktu alamai seperti matahari dan bulan
  • Jaringan keluarga besar bubar, dan hanya ada keluarga inti satu pria, satu wanita dan anak-anak, keluarga seperti ini merupakan standar yang diterima secara universal pada zaman industri.
Itulah sedikit ulasan mengenai jawaban dari pertanyaan mengapa Revolusi Industri pertama kali terjadi di wilayah Eropa? bukan karena bangsa lain seprti bangsa Arab dan China tidak menaruh minat dalam dunia perindustrian, melainkan lebih dikarenakan kondisi sosial yang tidak mendukung.

PERISTIWA PERISTIWA PENTING MENGJELANG PROKLAMASI

 Tanggal 17 Agustus merupakan tanggal yang sangat sakral bagi bangsa Indonesia, iya memang pada tanggal tersebut bangsa Indonesia mengumumkan kepada dunia bahwa Indonesia telah menjadi negara merdeka terlepas dari segala bentuk penjajahan bangsa asing, kemerdekaan ini ditandai dengan dibacakannya teks Proklamasi oleh ir. Sukarno di Jln. Pegangsaan Timur, no. 56 Jakarta, tepatnya pada jam 10.00 kurang 5 menit, perlu diingat bahwa kemerdekaan Indonesia yang dinyatakan melalui pembacaan teks Proklamasi tersebut tidak serta merta muncul begitu saja, ataupun merupakan hasil rekayasa dari magij melainkan diawali dengan berbagai macam tahapan, proses, maupun peristiwa yang nantinya mengarahkan kita ke hari kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, secara garis besar peristiwa penting tersebut dibagi menjadi beberapa tahapan diantaranya:
  • Pembentukan BPUPKI
  • Pembentukan PPKI
  • Peristiwa Renggas Denglok
  • Perumusan Teks Proklamasi 
  • Detik-detik menjelang Proklamsi   
Diatas telah dibagi beberapa peristiwa penting, kesemuanya terangkai dalam satu kesatuan yang nantinya berujung dengan pembacaan teks Proklamasi, untuk lebih jelasnya dibawah akan dipaparkan penjelasan satu persatu dari tahapan peristiwa diatas.

1. BPUPKI
BPUPKI merupakan singkatan dari Badan Penyidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia, selain itu BPUPKI memiliki nama tersendiri dalam bahasa Jepang yaitu Dokuritsu Jumbi Cosakai, nama dalam bahasa Jepang tersebut memang tidak terlepas dari sejarah pendirian BPUPKI itu sendiri, tokoh penggagas berdirinya BPUPKI adalah seorang yang berkebangsaan Jepang Letnan Jendral Kumaichi Harada, pada tanggal 1 Maret 1945. Meskipun, dibentuk pada tanggal 1 Maret namun peresmiannya baru dilakukan pada tanggal 28 Mei 1945 bertepat di gedung Cao Sang In (sekarang Gedung Departemen Luar Negeri), adapun ketua dari BPUPKI dipimpin oleh Dr. K.R.T Radjiman Wedyodiningrat dan beranggotakan 62 Orang.
Adapun tugas dari BPUPKI ini sendiri adalah untuk menyelidiki dan mempelajari berbagai hal penting untuk menyangkut pembentukan negara Indonesia merdeka, guna tugas yang diberikan bisa terwujud maka BPUPKI melakukan beberapa kali pertemuan yang kita sebut dengan sidang, sidang yang pertama dilakukan pada tanggal 29 Mei 1945 -1 Juni 1945, Sidang ke-dua tanggal 10 Juli 1945 - 16 Juli 1945. berikut adalah penjelasan dari masing-masing sidang.

A. Sidang pertama (29 Mei - 1 Juni 1945)
Sidang perdana BPUPKI diagendakan untuk membahas rumusan dasar negara Indonesia merdeka, dalam hal ini muncul 3 tokoh anggota BPUPKI yang menyampaikan gagasan serta ide-idenya tentang rumusan dasar Indonesia merdeka menurut versi masing-masing, adapun ke-3 tokoh tersebut diantaranya Mr.Moh. Yamin, Prof. Dr. Mr. Supomo dan Ir. Sukarno. pada kesempatan pertama, Mr. Moh. Yamin mendapatkan kesempatan untuk memaparkan idenya mengenai dasar negara yang dibaginya kedalam lima point penting
  • Peri Kebangsaan
  • Peri Kemanusiaan
  • Peri Ketuhanan
  • Peri Kerakyatan
  • Peri Kesejahteraan
Menurut Mr. Moh. Yamin ada tiga usaha yang harus dilakukan oleh BPUPKI untuk mencapai semboyan "Indonesia merdeka". Pertama, mengumpulkan segala bahan untuk pembentukan negara, kedua, adanya pengurus UUD negara yang menyusun bahan, ketiga, menjalankan isi hukum dasar negara.
Dua hari kemudian, tepatnya pada tanggal 29 Mei 1945 giliran mendengarkan pemaparan dari Prof. Dr. Mr. Supomo, menurutnya dasar negara Indonesia merdeka adalah:
  • Persatuan
  • Kekeluargaan
  • Keseimbangan lahir dan batin
  • Musyawarah
  • Keadilan rakyat
Menurut Prof. Dr. Mr. Supomo, corak dan bentuk dasar negara harus disesuaikan dengan keadaan umum dan mempunyai keistimewaan. Dasar persatuan dan kekeluargaan sangat sesuai dengan corak masyarakat Indonesia. Dalam keseimbangan lahir dan batin dan suasana persatuan antara rakyat dan pemimpinnya yang diliputi oleh semangat gotong royong.
Pada kesempatan yang ke-tiga tepatnya pada tanggal 1 Juni 1945, tibalah giliran dari Ir. Sukarno untuk menyampaikan gagasannya. Berbeda dengan kedua gagasan sebelumnya, Ir. Sukarno memberikan nama gagasannya dengan sebutan PANCASILA, Panca berarti Lima dan Sila berarti asas atau dasar, sehingga diatas 5 dasar inilah akan didirikan Indonesia sebagai negara yang merdeka. karena hal inilah, maka setiap tanggal 1 Juni diperongati sebagai Hari Lahirnya Pancasila, adapun dasar negara versi Sukarno itu sendiri adalah:
  • Kebangsaan Indonesia
  • Internasionalisme/Peri Kemanusiaan
  • Mufakat/ Demokrasi
  • Kesejahteraan Sosial
  • Ketuhanan Yang Maha Esa
Setelah persidangan Pertama ini selesai, maka diadakanlah "reses", reses sendiri menurut KBBI berarti perhentian sidang, masa istirahat dari kegiatan persidangan. atau bisa kita simpulkan menjadi masa rehat, pada masa rehat ini, kegiatan BPUPKI tidak sepenuhnya berhenti, BPUPKI membentuk tim kecil dibawah pimpinan Ir. Sukarno dengan anggotanya Drs. Moh. Hatta, Sutardjo, Kartohadikusumo, Wachid Hasjim, Ki Hadi Kusumo, Otto Iskandardinata, Mr.Moh Yamin dan Mr. A.A. Maramis (A.A singkatan dari Alexander Andries). Panitia inilah yang nantinya akan membentuk panitia sembilan.
Panitia sembilan ini bertugas untuk merumuskan dasar negara Indonesia merdeka berdasarkan pandangan dari anggota sembilan, adapun anggotanya terdiri dari:
  • Ir. Sukarno
  • Drs. Moh. Hatta
  • Mr.Moh. Yamin
  • Mr. Ahmad Subarjo
  • Mr. A.A. Maramis
  • Abdul Kadir Mudzakir
  • Wahid Hasjim
  • H. Agus Salim
  • Abikusni Tjokrosujono
Panitia sembilan ini menghasilkan rumusan dasar negara Indonesia merdeka pada tanggal 22 Juni 1945 yang dinamakan Jakarta Center atau Piagam Jakarta , pemberian nama ini sendiri diberikan oleh Mr. Moh. Yamin, adapun isi dari piagam Jakarta sama persisi dengan isi Pancasila yang kita kenal sekarang ini, namun terdapat perbedaan pada point yang pertama, dalam Piagam Jakarta pada point yang pertama dikatakan bahwa, Ketuhanan, dengan menjalankan Syari'at Islam bagi pemeluk-pemeluknya. sedangkan untuk pancasila yang kita kenal sekarang ini point yang pertama berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa. Meskipun sama-sama mencantumkan tentang Ketuhanan namun dari keduanya memiliki makna yang sangat berbeda. lalu timbul pertanyaan apa yang menyebabkan perubahan tersebut padahal semua isi dari Piagam Jakarta sama persis dengan isi Pancasila kita saat ini kecuali point yang pertama? kalau kita perhatikan meskipun sama-sama tentang konsep Ketuhanan, namun point pertama versi Piagam Jakarta lebih menitikbertakan kepada penegakan Syari'at Islam, tidak ada yang salah memang. namun hal ini memicu kritikan dan protes dari pihak tokoh Kristen Timur Indonesia, mereka keberatan atas isi dari Piagam Jakarta tersebut, karena hanya meliputi umat Islam Indonesia saja, sedangkan mereka merasa tidak termasuk didalamnya, atas prakarsa Drs. Moh. Hatta setelah menerima pesan dari tokoh Kristen tersebut, maka isi dari piagam Jakarta diganti dan diubah dari Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan Syari'at Islam bagi pemeluk-pemeluknya menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa. Salah satu tokoh Islam pertama yang bersedia menghapus tujuh kata diatas adalah Kasman Singodimejo. Dengan demikian rumusan dasar negara yang otentik bukanlah rumusan-rumusan individual yang dikemukakan oleh Mr.Moh. Yamin, Prof. Dr. Mr. Supomo, ataupun Ir.Sukarno, dan bukan pula rumusan kolektif dari piagam Jakarta. Adapun rumusan-rumusan tersebut hanyalah konsep, yang didalamnya mengandung nama Pancasila. Pancasila sebagai dasar negara dengan rumusan yang otentik dan kosepnya yang digunakan hingga saat ini berdasarkan rumusan PPPKI pada tanggal 18 Agustus 1945.
Setelah selesai dari masa rehat, maka pada tanggal 10 Juli 1945 kembali diadakan sidang BPUPKI yang kedua, dengan agenda membahas rencana undang-undang dasar, termasuk soal pembukaan atau preambulenya oleh sebuah panitia perancang UUD yang doketuai oleh Ir. Sukarno. Pada 11 Juli 1945, panitia tersebut menyetujui isi preambulenya diambil dari Piagam Jakarta. Persidangan kedua ini kemudian dilanjutkan pada tanggal 14 Juli 1945, saat itu Ir. Sukarno melaporkan hasil kerja panitia perancang Undang-undang, yakni:
  • Pernyataan Indonesia Merdeka
  • Pembukaan UUD 
  • Batang tubuh UUD
2.PPKI
Setelah BPUPKI selesai menjankan sidangnya yang terakhir maka BPUPKI dianggap telah menjalankan tugasnya dengan baik, maka pada tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan. Sebagai gantinya maka didirikan suatu badan yang bernama PPKI, yang merupakan singkatan dari Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Perlu diketahui, pendirian PPKI ini tak lepas dari peristiwa pemanggilan ketiga tokoh Indonesia ke Dalath (Vietnam) Oleh Jenderal Besar Terauchi (Panglima Tentara Umum Selatan yang membawahi semua tentara Jepang di Asia Tenggara). Berdasarkan panggilan tersebut, maka pada tanggal 9 Agustus 1945, Indonesia yang diwakili oleh Ir. Sukarno, Drs. Moh. Hatta dan Dr. Radjiman Wedyodiningrat bertolak ke Dalath untuk menemui Jenderal Terauchi, pertemuan ke-empat tokoh tersebut menghasilkan beberapa point penting, diantaranya:
  • Jepang menjanjikan kemerdekaan untuk Indonesia
  • Pembentukan PPKI ( Doratsu Jimbu Inkai)
  • Penentuan wilayah Indonesia meliputi bekas wilayah jajahan Hindia Belanda di Indonesia
Pada point pertama dijelaskan bahwa Jepang menjajikan kemerdekaan untuk Indonesia, hal ini tidak terlepas dari peristiwa kekalahan Jepang atas sekutu, dimana pada tanggal 8 Agustus 1945 kota Hiroshima dibumihanguskan oleh tentara sekutu dengan menjatuhkan bom Atom menyusul Kota Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945. Peristiwa ini ternyata memiliki dampak yang sangat hebat terhadap berbagai aspek negara Jepang itu sendiri, termasuk dalam bidang militer. Jenderal Terauchi merasa kekalahan Jepang tidak akan terelakkan, sehingga dia memanggil tokoh Indonesia ke Dalath dan kemudian menjanjikan kemerdekaan bagi  bangsa Indonesia.
Setelah pertemuan tersebut dirasa sudah cukup dan mencapai kesepakatan seperti diatas, maka pada tanggal 14 Agustus 1945 ketiga tokoh Indonesia tersebut kembali ke Indonesia, sesuai dengan hasil pertemuan dengan Jendral Terauchi maka dibentuklah PPKI, Ir. Sukarno ditunjuk sebagai Ketua, Drs.Moh Hatta sebagai Wakil dan Mr. Ahmad Subardjo sebagai Penasehat dengan anggota 21 orang dan tanpa sepengetahuan Jepang ditambah lagi 6 orang. Adapun tugas dari PPKI sendiri adalah menyusun rencana kemerdekaan Indonesia, sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Jepang.
Berita kekalahan Jepang atas sekutu pada tanggal 14 Agustus ternyata cepat menyebar di kalangan masyarakat Indonesia termasuk golongan muda, meskipun ditutuo-tutupi oleh pihak militer Jepang. Para pemuda bertekad untuk memproklamirkan kemerdekaan secepatnya tanpa ada pengaruh dan unsur dari pihak Jepang. Maka pada tanggal 15 Agustus 1945, para pemuda melakuka rapat di ruang Mikrobiologi, Jalan Pegangsaan Timur (Sekarang FKM, UI), membahas tentang tuntutan-tuntutan yang radikal, agar segala hubungan dan janji kemerdekaan dari Jepang harus dihapuskan, rapat tersebut dipimpin oleh Cahirul Saleh.
Hasil dari rapat kemudian disampaikan kepada Ir. Sukarno dan Drs. MoH. Hatta melalui Wikana dan Darwis (golongan muda), mereka mengatakan jika Proklamasi kemerdekaan tidak dilakukan pada tanggal 16 Agustus 1945 maka akan terjadi pertumpahan darah. Tentu saja, usulan golongan muda ini ditolak oleh Ir. Sukarno dan Drs. Moh. Hatta, dengan berbagai pertimbangan diantaranya:
  • Tentara Jepang di Indonesia masih memiliki senjata
  • Jepang masih memiliki tugas memelihara agar tidak terjadi perubahan status quo samapi sekutu tiba di Indonesia. status quo sendiri adalah keadaan tetap seperti keadaan sekarang atau keadaan sebelumnya.
  • Proklmasi kemerdekaan Indonesia harus dibacakan terlebih dahulu dengan anggota PPKI yang lainnya.
Penolakan yang diterima oleh para pemuda ini tentu saja menyisakan kekecewaan yang mendalam, sehingga mereka nekad untuk melakukan tindakan yang radikal, namun harus diakui tindakan ini juga yang mempercepat proses pembacaan teks Proklamasi, tindakan inilah yang kita kenal dengan peristiwa Renggas Dengklok.

3.Peristiwa Renggas Dengklok
Pada penjelasan diatas telah diketahui terdapat perbedaan pandangan antara golongan tua dan golongan muda mengenai pembacaan teks proklamasi kemerdekaan. Golongan tua diwakili oleh Ir. Sukarno dan Drs. Moh. Hatta, sedangkan golongan Muda terdiri dari:
  • Kelompok Sukarni, terdiri dari Sukarni, Adam Malik, Armoenanto, Pandoe Kertawigoena, dan Maroenta  Nitimihardjo
  • Kelompok Syahrir, tokoh utamanya Syahrir
  • Kelompok Pelajar, Cahaerul Saleh, Johan Noer, Sayoko, Syarif Tahyeb, Darwis dan Eri Soedewo
  • Kelompok Kaigun, Mr. Ahmad Subardjo, Soedirjo, Wikana dan E. Khairoedin
Peristiwa Renggas Dengklok ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945, dimana para pemuda membawa Ir. Sukarno, beserta Keluarga (Ibu Fatmawati dan Guntur) dan Drs. Moh. Hatta ke tempat pengasingan disuatu daerah yang bernama Renggas Dengklok. pada saat itu para pemuda yang bertugas untuk menjemput Ir. Sukarno dan Drs. Moh. Hatta adalah Sinngih, Soetrisno, Sampoen, dan Soerachmat. Pengasingan ini dimaksudkan agar Ir. Sukarno dan Drs. Moh Hatta terlepas dari pengaruh Jepang. Golongan muda tidak menginginkan kemerdekaan Indonesia dicap sebagai hadiah dari Jepang, dengan cara tersebut para pemuda berharap kedua tokoh tersebut bersedia untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. adapun alasan mengapa tempat yang dipilih adalah Renggas Dengklok karena berbagai pertimbangan sesuai dengan pendapat dari Singgih diantaranya: 
  • Daerah ini dilatarbelakangi Laut Jawa. Dengan demikian, jika ada serangan dapat segera pergi melalui laut
  • Sebelah Timur dibentengi oleh daerah Purwakarta dengan yang dijaga oleh Daidan Peta.
  • Sebelah Selatan ada pasukan Peta Cedung Gedeh
  • Sebelah Barat ada pasukan Peta di Bekasi
Sesampainya di Renggas Dengklok, tepatnya di Desa Tugu Dua, dirumah seorang warga keturunan bernama Djiwa Gie Siong, disni Ir. Sukarno dan Drs. Moh. Hatta disambut baik oleh pimpina Peta, Syudanco Subeno. Niat para pemuda untuk menekan Soekarno-Hatta agar secepatnya memproklamirkan kemerdekaan tidak berjalan dengan baik, dalam kebuntuan situasi ini maka muncullah Singgih yang menjelaskan kepada Ir. Sukarno bahwa Jepang telah mengaku kalah dengan tentara sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945, sehingga janji untuk memberikan kemerdekaan kepada Indonesia tidak akan mungkin bisa terealisasi. Mendengar penjelasan tersebut, maka Ir. Sukarno bersedia menyetujui kehendak dari golongan muda. Maka pada pukul 20.00 WIB, Soekarno-Hatta beserta rombongan kembali ke Jakarta dan tiba disana pada pukul 23.00. Sesampainya di Jakrta, mereka langsung merencanakan untuk mereumuskan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

4. Perumusan Teks Proklamasi kemerdekaan 
Sesampainya di Jakarta pada pukul 23.00 WIB, Soekrano-Hatta langsung mengundang seluruh anggota PPKI untuk rapat di Hotel Des Indes. Namun ditolak karena pihak hotel mempunyai peraturan tidak melakukan kegiatan apapun setelah pukul 21.00 WIB. Sesuai usulan Ahmad Subardjo, maka tempat yang disetujui adalah rumaha Laksaman Tadashi Maeda (Kepala Penghubung Angkatan Laut dan Darat di Jalan Imam Bonjol No. 1 Menteng, Jakarta Pusat) seorang Jepang yang peduli akan kemerdekaan Indonesia. Dirumah Laksamana Maeda ini telah berkumpul para pemuda dan beberapa tokoh PPKI. Mereka kemudian merumuskan teks proklamasi, perumusan teks proklamasi didikte oleh Drs. Moh. Hatta, dan ditulis oleh Ir. Sukarno, hasil tulisan Ir. Sukarno diserahkan kepada Sayuti Malik agar diketik ulang. Terdapat beberapa perbedaan penulisan kata antara naskah sebelum diketik dan sesudah diketik diantaranya:
  • Penulisan kata Proklmasi berubah menjadi PROKLAMASI
  • Penulisan kata hal2 berubah menjadi hal-hal
  • Penulisan kata Tempoh berubah menjadi Tempo
  • Penulisan kata 17-8-05 berubah menjadi hari 17 boelan 8 tahoen 05
  • Wakil2 bangsa Indonesia berubah menjadi Atas nama bangsa Indonesia Soekarno/Hatta.
Setelah selesai, maka keesokan harinya disepakati untuk pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia oleh Ir. Sukarno.

5.Detik-detik Proklamasi
Pembacaan Teks Proklamasi kemerdekaan Indonesia, dilaksanakan pada hari Jum'at tanggal 17 Agustus 1945 di Jl, Pegangsaan Timur, No. 56 Jakarta, pada jam 10.00 WIB kurang lima menit bertepatan dengan bulan Ramadhan. Adapun pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia oleh Ir. Soekarno dan didampingi Drs. Moh. Hatta dilakukan dengan upacara sederhana, denga tiga kegiatan inti yaitu :
  • Pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Ir. Soekarno
  • Pengibaran Bendera Merah Putih yang dilakukan oleh 3 orang dari golongan muda yaitu: Latief Hendradiningrat, S.Suhud dan Tri Murti dan serentak rakyat menyanyikan lagu Indonesia Raya ciptaan W.R. Supratman.
  • Sambutan dari Walikota saat itu, Suwiryo.
Ada beberapa versi mengenai asal-usul bendera Merah Putih yang dijahit oleh Fatmawati yang dikibarkan saat proklamasi, diantaranya:
  • Berdasarkan informasi dari Roeslam Adul Gani, hari Jum'at pagi Fatmawati telah menjahit Bendera Merah Putih yang bahannya diambil dari beberapa potong pakaian lama.
  • Menurut Megawati, ia mendengar dari iibunya bahwa Fatmawati mejahit bendera itu ketika ia sedang ahmil tua Guntur, jadi sudah selesai pada tanggal 3 Oktober 1944 (hari kelahitan Guntur), Soekrano berhasil memperoleh jatah kain ekstra dari tentara Jepang.
  • Menurut Tiwu, pembantu Sukarno, Ibu Fatmawati menjahit bendera itu pada pagi hari tanggal 17 Agustus 1945, hal ini berdasarkan foto Fatmawati yang duduk dibelakang mesin jahit Singer, dan saat itu tidak dalam keadaan hamil tua.
Adapun tokoh-tokoh yang hadir dalam pembacaan teks proklamasi tersebut diantaranya Buntaran Martoatmodjo, Mr.A.A. Maramis, Mr. Latuhahary, Abikuso, Tjokrosujono, Anwar Tjokroaminoto, Harsono Tjokroaminoto,Mas Mansur, Mr. Sartono, Sayuti Malik, Pandu Kartawiguna, M. Tabrani, Dr. Muwardi, A.G Pringgodidgo dll.
Dengan berakhirnya upacara pembacaan teks Proklamasi ini bangsa Indonesia menyatakan kepada dunia bahwa sekarang Indonesia telah menjadi negara merdeka lepas dari segala bentuk penjajahan, kemerdekaan ini disammbut rakyat dengan suka cita. Tantangan untuk mewujudkan Indonesia menjadi negara merdeka telah berhasil dijawab, dan kedepannya muncul tantangan baru untuk menjaga kedaulatan negara Indonesia yang telah merdeka.
Dibawah ini akan disajikan nama-nama tokoh yang berperan penting dalam perumusan awal teks Proklamasi dan pelaksanaannya.

1. Chaerul Saleh
Pimpinan rapat pemuda di Pegansaan Timur
Chaerul Saleh
















2. Darwis dan Wikana
Merupakan utusan untuk menyampaikan keputusan rapat pemuda ke Soekarno-Hatta
Wikana 
















3.Singgih, Sukarni dan Yusuf Kunto
 Membawa Sukarno ke Renggas Dengklok


Yusuf Kunto
Sukarni
















4.Cudanco Subeno
 Komandan kompi tentara Peta di Renggas Dengklok





5. Ahmad Subardjo
 Tokoh golongan tua yang menjemput Soekarno-Hatta untuk kembali ke Jakarta
Ahmad Subardjo
















6.Laksamana Maeda
Angkatan Laut Jepang yang bersimpati terhadap kemerdekaan Indonesia
Laksamana Maeda
















7. Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan Sayuti Malik
Sebagai perumus naskah proklamasi dan pengetik naskah Proklamasi
Ir. Soekarno
Drs. Moh. Hatta
Sayuti Malik
















8.Ibu Fatmawati
Penjahit bendera merah putih
Ibu Fatmawati
















9. Latief Hendradinigrat, S. Suhud dan Tri Murti
Pengibar Bendera Merah Putih pada saat proklamasi kemerdekaan
S. Suhud
Latief Hendradiningrat
Tri Murti



















10. Djiwa Gie Song
Pemilik rumah tempat Ir. Sukarno dan Drs. Moh Hatta selama tinggal di Renggas Denglok


Djiwa Gie Song













Suasana Pengibaran Bendera Merah Putih, di Jl. Pegangsaan Timur no. 56 Jakarta
















Teks Proklamasi setelah diketik


Perang Dua Abad Muslim dan Barat 1096-1291 ( Perang Salib )

Inilah puncak dari konflik yang terjadi antara kaum Muslim di wilayah Timur dengan kaum non-Muslim di Eropa. Selama ini memang kondisi orang-orang kulit putih di Eropa memperlihatkan keterbelakangannya yang parah. kondisi ekonomi, sosial dan kebudayaan sangat jauh perbedaannya dengan orang-orang Islam di Timur. Pada saat itu kondisi Eropa sangat mengerikan untuk waktu yang lama. mendapat serangan selama berabad-abad dari suku-suku Jermanik, dari Hun, Avar, Magyar, Muslim, Viking dan yang lainnya, Eropa nyaris tenggelam bahkan sangat susah sekedar untuk bertahan . Hampir semua orang di Eropa adalah petani, hampir setiap petani melakukan pekerjaan melelahkan dari fajar hingga gelap hanya demi mendapatkan makanan yang cukup untuk mencegah mereka dari kelaparan, hal ini kembali diperparah dengan kewajaiban para petani untuk menyokong kaum kelas atas yang terdiri dari atas kaum aristokrat militer dan rahib. hal ini dikarenakan anak laki-laki kelas atas hampir tidak memiliki keahlian lain bahkan untuk sekedar mencari makan kecuali hanya mempelajarai dan menguasai cara berkelahi.
Perang Salib ini diibaratkan sebagai bom waktu yang akhirnya meledak dengan dahsyat. Perang Salib dilatarbelakangi oleh kebencian yang mendalam pada diri orang-orang kristen Eropa setelah menyaksikan kemajuan demi kemajuan yang dicapai oleh kamu muslimin di Timur. mulanya, kebencian itu disebabkan oleh direbutnya wilayah-wilayah romawi Byzantium diberbagai wilayah seperti Palestina, Syiria, Mesir, Afrika Utara, dan Andalusia oleh kaum Muslimin. Mereka merasa terpukul namun tidak tahu harus berbuat apa-apa. namun perlu dicatat meskipun kaum muslimin berhasil merebut wilayah dari kekuasaan romawi Byzantium, kaum muslimin tetap memberikan jaminan hidup yang layak bagi kaum kristen diwilayah yang mereka kuasai, misalnya ketika Palestina dan Syria dibawah kekuasaan bani Fatimiah dari Mesir (Islam), orang Kristen memperoleh banyak hak istimewa daripada orang Islam Sunni, akan tetapi segala hak istimewa dan toleransi ini tidak bisa mendamaikan orang Kristen, mereka menganggap bahwa kehadiran orang Islam di Yerussalem sebagai sesuatu hal yang sangat tidak disukai (K.Ali, 1995:295). Yerussalem sendiri merupakan kota suci bagi umat Islam dan bagi umat kristen.
Seiring melemahnya kekuatan bani Fatimiyah, tentu saja cengkeraman wilayah yang mereka miliki mulai berkurang, saat itu kendali atas Palestina direbut oleh Dinasti Seljuk dari Turki, saat itu Dinasti Turki masih tergolong sebagai Muallaf (baru memeluk Islam), orang Turki ini cenderung ke arah fanatisme. mereka tidak bersemangat dalam menjauhi minuman keras, bersikap rendah hati, dermawan, dan sejenisnya, tetapi mereka tidak tersaingi dalam soal mengungkapkan penghinaan sovinistik terhadap pengikut agama ain, terutama yang berasal dari negeri-negeri yang jauh dan primitif (Ansary, 2009:228), setelah berhasil memperluas wilayah Islam, tentara Saljuk menganggu orang-orang Eropa yang mau beribadah ke Yerussalem. gangguan tersebut bukan seperti tindakan pemukulan, penyiksaan ataupun pembunuhan , tidak seperti itu. melainkan mereka di perlakukan seolah-olah masyarakat kelas dua, seperti mereka mendapati diri mereka berada pada ujung antrian, mereka membutuhkan izin khusus untuk masuk ketempat suci mereka sendiri, setiap kecil harus bayar, penjaga toko mengabaikan mereka, pejabat memperlakukan mereka dengan kasar, dan segala macam bentuk gangguan lainnya. Ketika mereka kembali ke-Eropa, banyak hal yang mereka keluhkan, tapi mereka juga mempunyai cerita tentang kemewahan negeri Timur, cerita yang membangkitkan kemarahan sekaligus iri hati. Hal ini memicu Raja Bizantium dan Paulus II untuk merebut Yerussalem, yang kemudian dikenal dengan Perang Salib. dinamakan perang salib karena karena orang Kristen Eropa menggunakan tanda Salib didadanya sebagai simbol pemersatu dan untuk menunjukkan bahwa perang yang dijalankan adalah peperangan suci (perang agama), tujuannya adalah untuk membebaskan kota Yerussalem atau Baitul Maqdis dari kaum Muslmimin.

Faktor-Faktor Terjadinya Perang
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya Perang Salib, diantaranya Agama, Ekonomi, dan Sosial Politik, berikut penjelasan dari faktor-faktor diatas.

Faktor Agama
Yerussalem atau Baitul Maqdis yang disucikan oleh orang Kristen jatuh ketangan Islam yaitu Bani Fatimiyah dari Mesir kemudian beralih ke Dinasti Saljuk dari Turki. Hal ini menyebabkan pihak Kristen merasa tidak lagi bebas berziarah ke tempat suci mereka itu karena penguasa Bani Saljuk menetapkan sejumlah peraturan yang ditujukan kepada orang yang hendak menziarahi Baitul Maqdis. Para pemimpin Kristen Eropa kemudian mengkampayekan perlunya pembebasan Baitul Maqdis dari tangan dinasti Saljuk.
Meraka menanamkan keyakinan bahwa tidak ada yang bisa membebaskan diri mereka, kecuali amal saleh seperti berziarah ke Yerussalem. pahala yang besar akan diperoleh bagi mereka yang melakukan ziarah. terlebih lagi, pahala akan lebih besar lagi diperoleh apabila memrangi orang-orang muslim.

Faktor Ekonomi
Para pedagang besar di Pantai Timur Laut Tengah, terutama yang berada di Kota Venesia, Genoa dan Pisa, berambisi merebut sejumlah kota dagang di sepanjang pantai timur dan selatan laut tengah  untuk memperluas jaringan dagang mereka. oleh karena itu, mereka rela menanggung sebagian dana untuk kepentingan perang dengan maksud apabila pihak sekutu memperoleh kemenangan , kawasan itu akan dijadikan pusat perdagangan mereka. disamping itu, perlombaan dan permusuhan di antara pembesar-pembesar dan tuan-tuan tanah di Eropa sering sekali terjadi. karenanya, sebagian dari mereka ingin menguasai tanah-tanah baru yang ada di timur.
ketentuan hukum waris yang berlaku di Eropa mengakibatkan banyaknya anak-anak yang hidup miskin dan terlantar lantaran di dalamnya ditetapkan bahwa yang berhak menerima harta warisan hanyalah anak tertua. akibatnya anak yang tidak mendapatkan warisan bersama-sama dengan anak miskin lainnya berangkat Timur, kedaerah yang terkenal dengan kesuburannya untuk mendapatlan kekayaa. Selain itu, masalah kelaparan karena perang yang tiada henti-hentinya juga telah memaksa penduduk Eropa untuk hijrah ke Timur (Buchori, 2009:200).

Faktor Sosial Politik
Peningkatan taraf sosial menjadi salah satu motif yang mendorong sebagai besar orang Eropa untuk berperang, para budak yang bekerja dikebun-kebun mendapatkan peluang untuk memperoleh kemerdekaan melalui perang ini. siapa yang ikut berperang, akan dimerdekakan. akibatnya, berduyun-duyunlah para budak mengangkat senjata ke Yerussalem mengikuti Perang Salib.
Selain itu dari segi politik, disebutkan bahwa perang salib terjadi karena kedengkian orang Kristen terhadap Islam, sebab umat Islam berhasil merebut wilayah strategis uang semula dikuasai oleh Kristen, selain itu umat kristen juga dimotivasi oleh Paus Urbanus II untuk menguasai Yerussalem dalam rangka menyatukan pusat utama dunia Kristen dan menginginkan Asia dan Afrika tunduk dibawah pemerintahan Kristen (Meriya, 1982:189). selain itu, kekalahan Byzantium dipertempuran Manzikert dan jatuhnya Anatolia dan Asia Kecil dibawah kekuasaan Bani Saljuk telah membuat orang Kristen merasa geram, Kaisar Alexius Commenus (Alexius I) meminta bantuan kepada Paus Urbanus II untuk memulihkan kekuasaannya untuk membantu Byzantium didasari oleh janji sang kaisar untuk tunduk kepada kekuasaan Paus di Roma sehingga dengan ini ia berharap akan dapat menyatukan Gerja Yunani dan Gereja Roma di bawah kekuasaannya. kedua gerja ini sejak tahun 1009-1054 M memang mengalami perpecahan (Buchori, 2009:201)

Jalannya Perang
Awal dari Perang Salib dipicu oleh pidato Paus Urbanus II  di Claremont, bagian tenggara Prancis pada tahun 1095. ia menyampaikan pidato yang membakar semangat untuk menghasut negara dan Bangsa Eropa  merebut kota suci di Palestina (Yerussalem) dari tangan muslimin. dalam pidatonya, Paus mengatakan kepada Majelis bangsawan Prancis, Jerman,  dan Italia bahwa dunia Kristen berada dalam bahaya. ia menjelaskan secara detail penghinaan yang didertia peziarah Kriten di tanah suci dan menyerukan agar orang-prang beriman untuk membantu saudara-saudara mereka mengusir orang Turki dari Yerussalem. Paus Urbanus II menyarankan bahwa mereka yang menuju ke Timur harus menggunakan salib berbentuk kotak merah sebagai lambang mereka. Ekspedisi harus disebut croisade, dari asal kata croix, bahasa Prancis untuk salib, dan dari inilah berasalnya nama yang diberikan para Sejarawan untuk Crusades (Perang Salib) (Anshary, 2009:230). dengan berfokus pada Yerussalem, Paus mengaitkan invasi ke Timur dengan ziarah, sehingga membingkainya sebagai tindakan religius. oleh karena itu, dengan wewenang yang diserahkan kepada dirinya sebagai paus (pemimpin besar umat Kristen), ia memutuskan bahwa siapapun yang pergi ke Yerussalem untuk membunuh kaum muslim akan menerima pengampunan atas dosa-dosa mereka.
Adapun jalannya perang secara garis besar terbagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap Penaklukan Eropa terhadap Muslim, tahap kemenangan  Muslim atas tentara Salib, kemudian yang terakhir tahap kehancuran tentara Salib.

Tahap Penaklukan Pasukan Salib Terhadap Muslim
Gelombang pertama pasukan Salib terdiri atas orang-orang Kristen Eropa yang menyambut spontan seruan Paus. mereka berjumlah 150.000 orang dan merupakan gerombolan rakyat jelata yang tidak berdisiplin dan tanpa persiapan di bawah pimpinan Pierre L'Ermite. Tidak heran, disepanjang jalan menuju Konstantinopel, mereka merampok, menjarah, membunuh dan membantai banyak penduduk yang tidka berdosa, bahkan bentrok dengan penduduk Hungaria dan Byzantium (Buchory, 2009:204). ketika tentara Salib pertama ini mulai berdatangan ke dunia Islam, penduduk setempat tidak tahu dengan siapa mereka berhadapan. Sejak awal, mereka menganggap para penyusup itu sebagai tentara bayaran Balkan yang bekerja untuk Konstantinopel. adapun penguasa muslim pertama yang bertemu dengan tentara salib ini adalah seorang pangeran Dinasti Saljuk, Kilij Arslan, yang memerintah dari Anatolia Timur dari Kota Nicea. Pada tahun 1096, Pangeran Arslan menerima informasi bahwa ada pasukan aneh yang telah memasuki wilayahnya, memang sebagaian terlihat sebagai tentara, tapi yang lainnya seperi semacam peserta perkemahan. hampir semuanya mengenakan salib, setelah ditelusuri didapatkan bahwa pasukan tersebut menamakan diri mereka sebagai kaum Frank, penduduk Turki dan Arab setempat menyebutnya sebagai Al-Franj (orang Franj), kedatangan mereka bertujuan untuk membunuh kaum muslimin dan menaklukkan Yerussalem, tapi pertama-tama mereka bermaksud untuk merebut Nicea. Pangeran Arslanpun melacak rute yang kaum Frank lewati, menyiapkan penyergapan dan menghancurkan mereka seperti semut, membunuh kebanyakan dari mereka, menangkap, dan mengejar sisanya sampai ke Biyzantium (Ansary, 2009:231). begitu mudahnya sehingga ia tidak memberinya tanggapan secara serius.
Namun ekspedisi militer yang sebenarnya dari tentara Salib adalah yang dipimpin oleh Godfrey of Buillon, yang setelah dua tahun perjalanan mereka akhirnya berhasil menduduki kota Yerussalem pada tanggal 7 Juni 1099. Perjalanan ke Yerussalem dimulai dari Konstantinopel dengan menaklukkan kota-kota yang dilaluinya dan mendirikan kerajaan Kriten di sana. Kota pertama yang jatuh ketangan mereka adalah Edessa, kemudian Tarsus, Antioka, dan Allepo, semuanya terjadi pada tahun 1098 M. Tripoli, Syiria dan Acre akhirnya juga dikuasai pada tahun 1099 M. Penaklukan kota Yerussalem oleh tentara salib itu sendiri dilancarkan dengan cara yang sangat sadis dan kejam dibandingkan dengan moral pasukan Islam ketika menaklukan kota yang sama. ketika sampai dikota suci itu, diberitakan, kuda orang Kristen terendam sampai sebatas lututnya, tumpukan kepala, kaki dan tangan manusia berserakan di sepanjang jalan dan alun-alaun kota suci. Edward Gibbson dalam Ansyari (2009:236), seorang sejarawan Inggris yang mencatat kejatuhan   kekaisaran Romawi, mengatakan tentara Salib membunuh 70 ribu orang disini selama 2 hari. Di kota-kota muslim yang lain, hampir tidak ada yang selamat. bukan hanya penindasan serta pembunuhan terhadap umat Muslim, kaum Yahudi dan Kristen yang bukan penganut gereja roma merasakan hal yang sama. kaum Yahudi yang selama ini hidup berdampingan secara damai dengan umat Muslim mengungsi ke sinagoga utama mereka yang besar, tetapi ketika mereka berada disana berdo'a untuk keselamatan, tentara salib memblokade semua pintu dan jendela lalu membakar bangunan itu, menghanguskan hampir seluruh komunitas Yahudi Yarussalem. penduduk yang asli Kristenpun tidak bernasib baik, terlahir bukan sebagai pengikut Gereja Roma melainkan gereja Timur seperti Yunani, Armenia, Kopetik atau Nestorian. pasukan salib Frank memandang mereka sebagai orang bid'ah, yang lebih buruk daripada kafir, oleh karena itu mereka menyita harta milik mereka serta mengirim mereka kepengasingan.
akibat peperangan ini, maka berdirilah empat kerajaan Kristen di Syam dan Palestina, diantaranya:
  • Kerajaan Baitul Maqdis, yang diperintah oleh raja Godfrey of Buillon
  • Kerajaan Edessa oleh Boldwin
  • Kerajaan Antioka oleh Bohemond
  • Kerajaan Tripoli oleh Raymond
Tahap Kemenangan Umat Muslim Atas Tentara Salib
Jatuhnya wilayah Islam ke dalam cengekeraman pasukan salib, menimbulkan reaksi perlawanan dari umat Muslim, namun pada awalnya perlawanan tersebut masih sangat lemah karena umat Muslim sendiri masih terpecah-pecah dan belum bersatu dibawah bendera Islam, mereka masih berjuang secara kelompok tersendiri, namun pada akhirnya umat Islam menghimpun kekuatan guna merebut kembali wilayah-wilayah yang telah diduduki oleh musuh. Dalam perjuangan merebut kembali kota Yerussalem, muncullah seorang tokoh bernama Imaduddin Zanki dari Dinasti Zankiyah. versi lain, menyebutkan bahwa penulisan nama Zanki ditulis dengan Zangi dan berasal dari Turki, yang memerintah Mosul, lalu mengambil Aleppo, dan kemudian menyergap banyak kota lain ke dalam wilayahnya sampai dia bisa menyebut dirinya sebagar Raja Suriah bersatu. perjuangan ini menandai dimulainya perlawanan umat Islam dalam usaha merebut kembali Yerussalem, peristiwa tersebut terjadi pada tahun 1144 M. sayangnya, dua tahun kemudian Imaduddin Zanki meninggal dunia, dan tapuk perjuangan diberikan kepada anaknya Nuruddin Zanki. ia lalu memindahkan pusat pemerintahan keamiran Abatek yang dipimpinny ake Allepo. Nuruddin menyerukan kembali kepad aumat Islam untuk bersatu memegang teguh agama Islam dan menjadikan Jihad sebagai tujuan utama dalam kehidupan. Dia menghidupkan kembali citra tentang orang adildan saleh yang berjuang bukan untuk ego, bukan untuk kekayaan, atau kekuasaan, melainkan untuk umat. pada awal pemerintahan Nuruddin, ekspedisi militer tentara salib dibawah pimpinan Raja Louis VII dari Prancis dan Raja Conrad III dari Jerman diberangkatkan. pada tahun 1147 M, terjadi pertempuran antara tentara salib dengan tentara Islam dibawah pimpinan Nuruddin Zanki di Damaskus, dengan kemenangan di tangan Muslimin sekaligus telah menyelamatkan Damaskus dari cengkeraman lawan. 
Pada tahap ini juga, muncul pahlawan Islam yang sangat terkenal yaitu Salahuddin al-Ayyubi, dari Dinasti Ayyubiah, yang berhasil merebut kembali Yerussalem dari tangan tentara salib. Pada tahun 1187, Salahuddin  atau yang dikenal dengan Saladin mengirimkan surat kepada tentara salib supaya meninggalkan Kota Yerussalem secara damai, sebagai gantinya orang kristen yang meninggalkan Yerussalem dapat membawa harta benda milik mereka dan pergi, sedangkan orang kriten yang ingin tetap disana boleh-boleh saja dan dapat mengamalkan agama mereka tanpa gangguan, tempat ibadah orang kristen akan dilindungi, dan peziarah akan dipersilahkan keluar-masuk Yerussalem tanpa adanya gangguan. meskipun begitu tentara salib    
menolak perintah tersebut sehingga Saladin mengepung kota itu, megambilnya dengan paksa, kemudian menanganinya seperti cara yang dilakukan oleh Khalifah Umar "tidak ada pembantaian, tidak ada penjarahan, dan membebaskan semua tahanan selama  membayar uang tebusan.
Meskipun dilakukan dengan cara halus, tetap saja keberhasilan Saladin dalam merebut kembali Yerussalem menyebabkan para raja di Eropa merasa tidak senang, ketiga raja tersebut yaitu Frederrick Barbarossa dari Jerman, yang jatuh dari kudanya dan mati tenggelam dalam perjalanan ke tanah suci, Raja Prancis Phillip II, yang berhasil sampai ketanah suci, menaklukkan pelabuhan Acre, kemudian pulang ke Eropa karena kelelahan, dan yang paling terkenal adalah Raja Inggris Richard I, yang dikenal dengan sebutan Lion Heart (Hati Singa). keberangkatan ekspedisi ini tidak dilakukan secara bersamaan, melainkan terpisah-pisah. pada pertempuran pertama antara Saladin dan Richard, kemenangan berada di tangan tentara salib, namun pada bulan Juni 1192 tatkala Richard ingin mengepung Yerussalem, Raja Richard terkena penyakit yang telah mengurangi kekutaannya dan udara yang panas membuatnya sesak nafas. disinilah letak dari kepribadian Saladin yang sangat dikagumi oleh kawan maupun lawan hingga saat ini, disaat musuhnya Richard menderita penyakit Saladin secara seimpatik mengirimnya buah segar dan salju yang dingin lalu menunggu Richard untuk menyadari bahwa dia tidak memiliki cukup orang untuk merebut kembali Yerussalem. pada tanggal 2 November 1192 akhirnya Richad setuju untuk berdamai dengan Saladin dengan syarat sebagai berikut :
  • Kaum Muslimin akan tetap memiliki Yerussalem, tetapi melindungi tempat-tempat ibadah orang Kristen, membiarkan orang Kristen hidup di kota dan menjalankan iman mereka tanpa gangguan, dan membiarkan peziarah Kristen datang dan pergi sesuka mereka.
  • Daerah Pantai menjadi milik orang-orang Kristen. 
Tidak lama setelah Saladin menyelesaikan suatu pekerjaan besar, yakni mengembalikan Yerussalem ketangan kaum Muslimin, ia meninggal dunia.

Tahap Kehancuran Tentara Salib
Faktor yang sangat berpengaruh dalam proses kehancuran dari tentara salib terutama disebabkan karena terjadinya perselisihan internal antarsesama mereka yang pada umumnya disebabkan oleh perebutan kekuasaan di beerbagai daerah yang mereka duduki. Antara satu kerajaan dan kerajaan lainnya tidak terwujud kerjasama yang baik, krisis kepemimpinan terjadi di daerah-daerah kekuasaan tentara salib. sementara dipihak lain, umat Islam berhasil mengurangi pertikaian internal  mereka, lalu menjalin persatuan dan kerjasama dalam menghadapi tentara salib.

Dampak Perang Salib
Meskipun perang salib telah memakan banyak korban, materi serta kerugian lainnya, ternyata bagi orang Kristen Eropa dengan adanya perang salib telah membawa hikmah tersendiri serta pelajaran yang sangat berharga bagi mereka. pasalnya, perang yang berlangsung hampir dua abad ini telah menjadi jembatan antara budaya Timur dan Barat. perlu diingat pada saat itu Timur-Islam sudah maju pesat dibidang kebudayaan dan peradaban, sementara Barat-kristen masih berada dalam zaman kegelapan (dark age) alias primitif. 
Melalui perang salib, Kristen Eropa memperoleh banyak pelajaran yang sangat berharga. Bahkan, dapat dikatakan bahwa seandainya tidak karena perang salib, Renaisans Barat mungkin masih akan tertunda beberapa abad. Carole Hilerbrand dalam Buchori (2009:209), menyatakan bahwa kaum Muslimin merasa sedikit yang bisa dipelajari dari pihak Eropa, baik dibidang Agama, sosial dan budaya. sebaiknya, kaum Frank dapat belajar banyak hal dari gaya hidup kaum Muslimin yang telah tinggal di Timur dekat selama berabad-abad dan benar-benar telah menyesuaikan diri dengan iklim dan wilayah tersebut. sedangkan lebih lanjt menurut Al-Wakil (1998:227), dampak lain dari perang salib adalah keberhasilan Islam memantapkan penguasaan terhadap wilayah yang dikuasai kristen walaupun itu adalah wilayah yang sama. Selain itu perang salib berdampak juga bagi perkembangan moral kaum Muslimin karena meniru moral bejat Eropaseperti ucapan Gustor Lebor dalam buku Wajah Dunia Islam yaitu tidak ada hal positif dalam diri bangsa brutal tersebut yang bisa ditiru oleh dunia Timur. Bangsa Timur tidak mendapatkan apa-apa dari mereka.

Dampak Terhadap Pasukan Salib
  • Perang Salib telah melemahkan keuasaan bangsawan di Eropa dan telah menggoyahkan raja-raja dan mendorong mereka untuk bersatu
  • Perang Salib telah memperlambat proses jatuhnya Kota Konstantinopel ke tangan Islam
  • Perang Salib telah membukakan kesempatan bagi bangsa barat untuk maju dalam bidang perdagangan, ekonomi dan kemajuan kebudayaan
  • Yang paling utama faedah perang salib bagi bangsa Eropa adalah mereka dapat meguasai ilmu-ilmu dalam bahasa latin dan Yunani yang telah diterjemahkan dalam bahasa Arab, buku itu diterjemahkan dalam bahasa barat, hingga pada abad ke 12 M mereka mendirikan kursus bahasa di Paris untuk memahami buku ilmiah bahasa asing.
  • Perang salib telah membuka mata bangsa Eropa untuk mengenal daerah Timur secara lebih dekat (Meriya, 198:205)
Dampak Terhadap Umat Islam
  • Kaum Muslimin harus mengeluarkan dana yang cukup besar untuk membiayai perang yang tidak berhenti selama dua abd dan menyebabkan krisis ekonomi dan kemiskinan dikalangan kaum muslimin
  • Banyak bagunan-bangunan berharga (bagunan budaya) yang hancur dan memerlukan biaya untuk merenovasi kembali
  • Banyak buku-buku, barang-barang peninggalan Islam diambil dan dihancurkan oleh tentara salib dan ini menimbulkan menurunnya tradisi keilmuan dan berkarya bagi kalangan intelektual dan ulama
  • Kerusakan struktur masyarakat akibat setiap keluarga kehilangan anggota keluarga sehingga terjadi perpecahan dan kehidupan permisinisme dimana tidak ada lagi ikatan yang kuat dimasyarakat
  • dekadensi moral karena perang memakan habis laki-laki sehingga terjadi pergaulan bebas dari laki-laki terhadap wanita yang banyak
  • Perang salib juga banyak mempegaruhi pola pikir masyarakat muslim selama pergaulan meraka pada masa gencatan senjata damai sehingga mempengaruhi perilaku dalam kehidupan masyarakat dan pemimpin dimasa selanjutnya (Al-Wakil, 1998:228-229)

Teori Masuknya Islam Ke Nusantara

Teori Masuknya Islam Ke Nusantara

Berbicara mengenai proses awal masuknya Islam ke Nusantara, selalu dikaitkan dengan aktivitas pelayaran dan perdagangan yang dilakukan oleh umat muslim dari seluruh pelosok dunia ke Nusantara, karena memang Nusantara sebelum abad ke-7 M sudah menjadi daerah transit jalur pelayaran dan perdagangan dunia yang menghubungkan antara para pedagang Cina, India, Persia dan Arab. Selain sebagai pedagang, mereka juga menjalankan suatu dakwah islamiah dalam rangka menyebarluaskan ajaran Islam diwilayah yang mereka singgahi. Hal ini menyebabkan wilayah yang pertama kali mendapatkan pengaruh dari agama Islam adalah wilayah pesisir karena berkumpulnya para pedagang muslim ini menyebabkan terjadinya akulturasi budaya antara kaum pendatang dengan kaum pribumi.
Awal penyebaran Islam ke Nusantara melalui pelayaran dan perdagangan memang bukanlah suatu hal yang mengherankan, karena sebelum masuknya Islam-pun, Nusantara telah dipengaruhi oleh ajaran Hindu-Budha dengan melalui proses pelayaran dan perdagangan yang sama dengan masuknya Islam ke Nusantara. akan tetapi yang menjadi permasalahan sampai sekarang adalah asal dari agama Islam yang tersebarluas di Nusantara? apakah langsung berasal dari Arab atau berasal dari wilayah muslim di luar Arab?, karena memang umat muslim yang melakukan perdangan di Nusantara bukan hanya berasal dari Arab namun ada juga yang berasal dari luar Arab seperti Cina, India, dan Persia. Maka untuk menjawab permasalahan tersebut para ahli mencoba untuk memberikan penjelasan dan teorinya masing-masing beserta bukti-bukti serta argumen-argumen yang menguatkan teorinya tersebut. dimulai dari yang pertama:

1. Teori Gujarat
Teori ini berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13 dan pembawanya berasal dari Gujarat  (Cambay), India. adapaun dasar dari teori ini adalah:

  • Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran Islam di Indonesia
  • Telah lama adanya hubungan dagang Indonesia dengan India melalui jalur Indonesia-Cambay-Timur Tengah-Eropa
  • Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun 1927 yang bercorak khas Gujarat.
adapun pendukung dari teori ini adalah Pijnapel, Snouck Hourgronje, Moquette. Pijnapel merupakan tokoh yang mencetuskan teori ini pertama kali pada tahun 1872, berdasarkan terjemahan berbahasa Prancis tentang perjalanan Sulaeman, Marcopolo, dan Ibnu Battuta, ia menyimpulkan bahwa oarang-orang Arab yang bermahzab Syafi'i dari Gujarat dan Malabar di India adalah yang membawa Islam ke Asia Tenggara. ia mendukung teorinya itu dengan mengatakan bahwa melalui perdagangan amat memungkinkan terselenggaranya hubungan antara kedua wilayah ini. sementara itu Snouck Horgronje berpendapat bahwa Islam pertama kali masuk ke Indonesia bukanlah berasal dari Arab, tetapi dari India karena sudah terjalin hubungan antara India dengan Indonesia dan adanya inskripsi tertua tentang Islam yang terdapat di Sumatra mengindikasikan adanya hubungan antaras Sumatra dan Gujarat, dalam hal ini Snouck Horgronje berpendapat bahwa  para pedagang kota pelabuhan Dakka di India selatan sebagai pembawa Islam ke wilayah baru ini. kemudian dijelaskan pula bahwa daerah yang pertama kali dimasuki adalah Kesultanan Samudra Pasai pada abad ke-13. namun snouck tidak menjelaskan antara masuk dan berkembangnya Islam , tidak ada penjelasan mengenai Gujarat menganut mazhab apa dan Samudra Pasai menganut mazhab apa ?mungkinkah Islam begitu masuk ke Samudra Pasai langsung mendirikan pusat politik atau kesultanan ? 

2. Teori Arab (Makkah)
Prof. Dr. Buya Hamka dalam Seminar Masuknya Islam ke Indonesia di Medan (1963) menyatakan bahwa Islam di Indonesia langsung berasal dari Arab (Mekkah) atau yang dikenal dengan terori Arab (Makkah), teori ini merupakan teori sanggahan terhadap teori Gujarat yang menyatakan Islam berasal dari Gujarat, Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke- 7 M dan pembawanya berasal dari Arab. adapun dasar dari teori ini adalah:
  • Pada abad ke 7 M yaitu tahun 674 dipantai Barat Sumatra terdapat perkampungan Islam (Arab), dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4 M. hal ini juga sesuai dengan berita Cina Dinasti Tang yang menyatakan bahwa ditemukannya daerah hunian wirausahawan Arab Islam di pantai Barat Sumatra maka disimpulkan Islam masuk dari daerah asalnya Arab.
  • Kerajaan Samudra Pasai menganut mazhab Syafi'i, dimana pengaruh mazhab Syafi'i terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Mekkah, sedangkan Gujarat menganut mazhab Hanafi
  • Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al-Malik, yaitu gelar yang berasal dari Arab. 
sedangkan kesultanan Samudra Pasai yang didirikan pada tahun 1275 M atau abad ke 13 M, bukan awal masuknya agama Islam seperti yang dituturkan oleh Snouck Horgronje, melainkan perkembangan dari agama Islam.

3.Teori Persia
Dalam teori ini menyatakan bahwa Islam masuk ke-Indonesia pada abad ke 13 M dan pembawanya berasal dari Persia (Iran). dasar dari teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam Indonesia, seperti yang diungkapkan oleh Dr. Hoesein Djajadiningrat. adapun kesamaan budaya tersebut meliputi:
  • Adanya peringatan 10 Muharam atau Asyura yang merupakan tradisi yang berkembang dalam masyarakat Syiah untuk memperingati hari kematian Hasan dan Husein cucu Nabi Muhammad SAW. di Sumatra Barat disebut dengan Tabuik/Tabut, di Bengkulu juga disebut dengan upacar Tabut/Tabot. di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro.
  • persamaan antara ajaran al-Hallaj, tokoh Sufi Iran dengan ajaran Syeikh Siti Jenar.
4.Teori Cina
Prof. Dr. Slamet Muljana, 1968 dalam "Runtuhnya Keradjaan Hindu Djawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara", tidak hanya berpednapat bahwa Sultan Demak adalah orang China. namun juga menyimpulkan bahwa para Wali Sanga adalah orang peranakan Cina. Pendapat ini bertolak dari Kronik Klenteng Sam Po Kong. misalnya Sultan Demak Panembahan Fatah ditulis dengan Panembahan Jin Bun, Arya Damar sebagai pengasuh Panembahan Jin Bun pada saat di Palembang , bernama Cina Swan Liong, Sultan Trenggana disebut dengan nama Cina Tung Ka Lo. sedangkan Wali Sanga antara lain, Sunan Ampel dengan nama Cina Bong Swi Hoo, Sunan Gunung Jati dengan nama Cina Toh A Bo.
Sebenarnya menurut budaya Cina dalam penulisan sejarah nama tempat yang bukan negeri Cina, dan nama orang yang bukan Cina, juga dicinakan penulisannya. inilah salah satu kekurangan dari teori ini, karena sedikit aneh jika kita menyimpulkan bahwa semua pelaku sejarah yang namanya dicinakan semuanya adalah orang Cina, mengingat budaya Cina yang selalu memberikan nama Cina bagi pelaku sejarah non-Cina. meskipun begitu memang tidak dapat dipungkiri, pengaruh Cina sangat kental dalam arsitektur pada Mesjid Kuno di Demak, Banten. selain itu perlu diketahui pula bahwa pada abad ke 8 M s/d 11 M sudah ada pemukiman Arab muslim diwilayah Cina dan di Campa yang memang sudah melakukan hubungan dagang dengan Indonesia.